Pesawat yang jatuh bukan sebuah kecelakaan
baru di dunia penerbangan Indonesia. Hampir setiap tahun ada lebih dari dua
tiga kali tragedi itu terjadi. Selain disebabkan karena kondisi geografis
Indonesia yang berkepulauan dengan gunung-gunung dan bukit-bukit terjal.
Minimnya teknologi radar pendeteksi pesawat, banyaknya pesawat tak laik terbang
yang masih digunakan dan juga lemahnya pengawasan dari pemerintah dan
departemen terkait membuat tragedi ini ibarat hal yang tak asing lagi bagii
masyarakat.
Pola pemikiran masyarakat yang masih rendah
dalam memandang sebuah kasus kecelakaan sebagai kasus yang biasa membuat mereka
tidak pernah kritis menggugat kinerja pemerintah dalam penanganan kecelakaan .
sebuah tragedi yang sekali terjadi dan
menjatuhkan banyak korban,kemudian ada siklus perulangan seharusnya dijadikan
pelajaran dan membuat pemerintah
berpikir cara untuk mengantisipasi agar kecelakaan seperti itu di kemudian hari
tidak terulang kembali.
Nampaknya pemerintah belum berpikir sejauh
itu. Hal yang dilakukan cukup memberikan pidato dan mengucapkan belasungkawa kepada korban dan kembali
bergulat dengan urusan politik dan kampanyenya menjelang pemilu, tanpa ada
langkah cerdas untuk preventif agar di masa depan kejadian ini tidak kembali
terulang. Tanpa ada countermeasure, tanpa ada tanggung jawab dari instansi
terkait untuk mempertanggungjawabkan hal tersebut.
Selayaknya pemerintah memikirkan masa depan
pemuda Indonesia yang cerdas agar dapat memikirkan masa depan bangsa. Rendahnya
mutu pendidikan membuat masyarakat Indonesia terkesan tidak dewasa dalam
menghadapi bencana. Seperti tragedi jatuhnya pesawat, sebenarnya hal itu dapat
dihindari jika negara sebesar Indonesia memiliki teknologi canggih seperti
radar super sensitif yang dapat mendeteksi sebuah pesawat yang sedang tersesat
atau kehilangan kontak. Dan dilengkapi radar cadangan yang akan berfungsi bila
radar utama rusak.
Kemudian langkah dalam pencarian yang
dilakukan oleh BASARNAS terkesan lamban dan hanya mengandalkan tenaga manual.
Terkesan tidak serius, menganggap enteng dan santai. Membuat asumsi bahwa semua korban pasti telah
mati dan tidak ada yang mungkin selamat. Padahal hal ini berhubungan dengan
nyawa. Bayangkan saja jika dalam kecelakaan itu terdapat lima orang dengan luka
yang serius dan hanya dapat terselamatkan dalam 24 jam tetapi para tim belum
dapat mendeteksi dimana keberadaan pesawat, maka saat ditemukan para korban
yang kritis tadi sudah keburu mati.
Harusnya pemerintah menggunakan teknologi
pendeteksi logam dan melakukan pencarian dengan segera. Jauhkan dugaan bahwa
semua korban telah mati. Dan kondisikan bahwa seolah-olah semua penumpang
selamat namun memerlukan pertolongan cepat. Dan akan mengandalkan semua
kemampuan bahkan meminta pertolongan negara asing dengan teknologi yang canggih
agar mempercepat proses evakuasi.
Semoga pemerintah segera maengambil
kecelakaan ini sebagai suatu penngalaman berharga. Orang yang bodoh adalah
orang yang mengulang kesalahan untuk kedua kalinya. Pemerintah harus segera
memikirkan tindakan preventif yang dapat megnantisipasi agar tragedi ini bukan
suatu siklus yang terus terulang hingga selalu memakan korban yang tidak
berdosa. Di negara maju, suatu kesalahan
akan dijadikan pembelajaran dengan penelitian yang panjang agar di kemudian
hari dapat dijadikan pengalaman untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih
baik.
Pemerintah kami menantimu bertindak...
Comments
Post a Comment