Hati adalah istana seorang insan, yang masing-masing dari
kita sendirilah yang menentukan luasnya. Disitulah tersimpan cinta, cinta
seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Tersimpan nur yang memancar sampai ke wajahnya.
Wajah orang-orang yang tenang , yang di dalam hatinya terdapat cinta selalu
memancarkan keteduhan, keindahan dan kedamaian. Tidak ada hal yang merisaukan
hati seorang insan yang memiliki cinta kepada Rabb-nya. Cinta telah
menguatkannya. Tidak ada hal yang membuatnya sedih dan berduka cita. Hatinya
dipenuhi dengan iman dan cahaya.
Apapun yang kita lakukan dengan landasan cinta kepada Rabb
kita adalah sebuah bentuk ibadah yang sempurna, yang semuanya memiliki nilai
pahala. Setiap detak jantung kita, setiap hembusan nafas kita, setiap derap
langkah kita adalah ibadah, semuanya karena cinta. Alangkah indahnya cinta.
Pasti kita akan selalu mengawasi apapun yang kita lakukan, yang kita ucapkan,
yang kita pikirkan, dan memastikan semuanya hanyalah hal-hal yang bermanfaat.
Hidup ini indah, namun terkadang kita sendirilah yang
memandangnya terlalu susah. Terkadang kita sendiri yang menjadikan hati kita
begitu sempit dalam memandang sebuah masalah. Hati orang-orang yang beriman,
hati orang-orang mukmin sangat luas, seluas samudra. Hati orang-orang mukmin
dipenuhi cahaya, dipenuhi ilmu, dipenuhi cinta yang hakiki. Hatinya yang akan
dengan tenang walau angin menerpa. Hatinya seperti karang yang begitu tegar dan
tak goyah, walau badai menimpa.
Hidup kita berawal dari hati, selapang apakah hati kita?
Bagaimana kita memandang kehidupan? Akankah kita melihat dunia ini sebagai
tujuan akhir kehidupan ini? Ataukah dunia hanya sebagai persinggahan saja?
Tentu kita akan sakit jika menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir kehidupan
kita. Karena banyaknya ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi di dunia ini.
Namun jika kita menyadari jika dunia hanya sebagai persinggahan semata, kita
akan menyadari betapa fana kehidupan ini. Betapa kita tidak boleh lengah dan
terlena. Kita harus selalu berbenah dan mempersiapkan kehidupan setelah
kehidupan yang sementara ini. Di suatu tempat nanti, di akhirat yang kekal.
Akankan kita menjadi pohon yang kerdil yang tak bermanfaat, atau kita ingin
menjadi pohon yang tinggi menjulang yang rimbun, akarnya kuat dan menimbulkan
mata air, daunnya meneduhkan orang-orang yang singgah di bawahnya, batangnya
besar, kokoh dan kuat, ia senantiasa berbuah dan bermanfaat untuk orang lain?
Comments
Post a Comment