Pembaca kitabullah yang lalai akan apa
yang dibacanya, ibarat orang yang mnghadapi beberapa peti. Dalam setiap peti
terdapat permata yang dikirim raja untuknya. Ada peti yang berisi yaqut merah,
ada yang berisi yaqut kuning dan ada yang berisi yaqut biru. Peti-peti lain
berisi zamrud dan mutiara. Yang ia lakukan hanyalah menghitung jumlah peti di
hadapannya. Ia mengetahui bahwa isi peti sangat berharga, tetapi ia tidak
,menikmatinya. Itu karena matanya tertuju pada peti, bukan pada isi peti. Apa
yang dilihat matanya terlihat indah oleh jiwanya. Pengetahuan tentang nilai dan
mahalnya permata tidak menggerakkannya. Ia bagaikan orany yang ngantuk dan
nyaris tidur.
Seandainya ia melihat isi peti dan
melihat permata yang bersinar, tentu ia sangat gembira dan hatinyapun terpikat.
Bila ia melihat namanya terukir di permata, kekagumannya bertambah besar. Ia
semakin senang dan bahagia. Ia pun bergumam, aku mendapat tempat disisi sang
Raja. Beliau mengirim permata ini untukku dengan namaku tertera diatasnya.
Beliau memperkenalkan kedudukanku disisinya. Seolah-olah beliau berkata, ‘ Aku
berikan semua permata ini untukmu dengan tera namamu karena kedudukanmu yang
mulia disisiku serta perhatianku dan cintaku kepadamu.
Kitabullah bagaikan permata. Ia adalah
kalam yang mulia. Huruf-hurufnya ditata dan dirangkai oleh Tuhan semesta alam
dengan hikmah-Nya yang menjangkau hari pertemuan. Dalam diri hamba yang
meresapinya, ia menjelma menjadi sebuah hikmah yang mencapai ilmu ketentuan
Tuhan. Barang siapa yang meraih ilmu tersebut, ilmunya melimpah sebagaimana
nabi Khidr a.s. Beliau a.s. melintasi gurun sahara, menyelami lautan dan
menyebrangi daratan pelajaran dengan ilmu ketentuan Tuhan. Dalam segala hal
beliau a.s. melihat kekuasaan Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Gagah.
Kitabullah adalah “karya” Tuhan yang
tidak mampu dan tidak akan pernah dibuat
oleh para malaikat, rasul , jin, manusia dan seluruh makhluk. Pada setiap
huruf, Dia meletakkan sesuatu untuk hamba_Nya. Dia mengetahui segala kebutuhan
hamba-Nya. Karena itu, Dia menyusun huruf-huruf dengan hikmah tertentu di
dalamnya. Melalui huruf-hurud itu Dia berbicara kepada hamba-hamba-Nya,
menyampaikan rahasia, kabar gembira, janji, dan ancaman, peringatan dan
pelajaran dorongan dan rangsangan, berita tentang segala sesuatu yang telah
terjadi, serta seluruh informasi tentang dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman: “ Andaikan
manusia dan jin berkumpul untuk membuat sesuatu yang semisal dengan Al-Qur’an,
sungguh mereka tidak akan sanggup membuat semisal dengannya walaupun mereka saling
membahu.”
Orang yang tida memahami Al-Qur’an
bimbang akan hal ini. Barangkali ada yang mengklaim “Bagaimana mungkin mereka
tidak sanggup membuat yang serupa dengannya, padahal ia berbahasa Arab.
Siapapun yang mau tentu bisa. Ini adalah pikiran orang yang sakit dan ucapan
orang yanglinglung, yang matanya tertutup. Mereka hanya mengaku, tapi
sebenarnya tidak mengenal Tuhan.
Jin dan manusia tidak mampu membuat
yang serupa dengan Al-Qur’an, karena seluruh kalam yang tersusun dalam dua
puluh sembilan huruf, mengandung hikamh di setiap hurufnya. Allah SWT
menyingkapkan hikmah-hikmah itu kepada hamba-hamba istimewa-Nya seperti para
nabi dan para wali. Barang siapa menghayatinya, ia akan mendapat cahaya yang
agung. Ketika cahaya itu bersinar dalam dadanya dan ia melihat kandungan setiap
huruf, ia memahami bahwa ini adalah firman Tuhan Sang Pencipta dan Pemelihara
alam semesta.
Ada sebuah penjelasan dengan contoh.
Misalnya firman Allah SWT :
بسم ا للهِ الر حمن ا
لر حيم
Pada huruf ba’ terdapat baha’uh (keagungan-Nya), pada
huruf sin terdapat sana’uh (keluhuran-Nya) dan pada huruf mim terdapat
majduh (kemuliaan-Nya). Barangsiapa terdapat lentera dalam hatinyadan
lentera itu menyinari dadanya, lubuknya akan melihat keagungan, keluhuran dan
kemuliaan – Nya tersebut. Ia menyaksikan keagungan, keluhuran dan kemuliaan
Tuhan yang berlaku di alam ini. Ia tak ubahnya seperti orang yang menghadapi
sejumlah peti dan mengetahui bahwa di dalamnya terdapat permata berharga yang
berkilau dan menggembirakan hati.
Gembiranya Allah
atas tobat hamba-Nya
Permulaan cinta
dan kegembiraan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya dapat dilihat dari sabda
Rosulullah SAW :
Allah lebih
gembira dengan toba-Nya seorang hamba-Nya daripada gembiranya seorang musafir
yang kehilangan tunggangannya di tengah padang pasir yang tandus dan
ditunggangannya itu terdapat bekal dan barang-barangnya. Ia melihat ke kanan
dan ke kiri untuk mencarinya sampai akhirnya ia putus asa. Ia bergumam “ Aku
kembali saja ke tempat semula dan mati disana.” Ia pun kembali dan ternyata
untanya disana beserta seluruh bekal dan barang bawaannya disana. Ia begitu
gembira sehingga ia berkata kepada Allah SWT “ Engkaulah Tuhanku dan akulah
hamba-Mu”. Dan ia mengucapkannya tiga kali.
Para sahabat
berkomentar, “ Wahai Rosulullah, orang itu tentu amat gembira”. Rosulullah SAW
bersabda “ Nah, Allah lebih gembira atas tobat hamba-Nya daripada gembiranya
musafir tadi ketika menemukan untanya”.
Kondisi awal
seorang mukmin adalah kegembiraan dan cinta Allah. Inilah hal pertama yang
tampak pada dirinya. Ini adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya.
Demikianlh
halnya dengan seorang hamba. Allah telah memerintahkannya untuk menghadap-Nya,
memandang kehendak-Nya,, dan mengindahkan perintah-Nya. Semestinya sang hamba
berupaya untuk melakukan semua itu karena takut terhadap kemurkaan-Nya,
mengagungkan segala keputusan-Nya, bersyukur atas segala nikmat-Nya, mengenal
karunia-Nya, mengetahui kebaikan-Nya, melihat anugrah-Nya serta percaya akan
jaminan rizki-Nya.
Comments
Post a Comment