Malaysia, Oktober 2009
Senja telah menyapa saat ku turun
dari asrama pekerja tempat aku menumpang hidup di negri bunga sepatu, Malaysia.
Hiruk-pikuk kota Shah Alam yang penduduknya pulang dari kerja menambah ramainya
senja hari itu. Belum lama ku jejakkan kaki di Malaysia, baru berjalan dua
bulan. Namun hari ini, bulan ini terasa sanget istimewa. Hari yang sangat
spesial, karena saat ini adalah hari dimana ku lewatkan bulan Ramadhan pertama
di negri jiran.
Aku duduk diantara bantaran batu
di bawah pohon nan perdu di pinggir jalan, sembari menunggu bis pekerja yang
akan menjemput. Sendirian. Karena rizki Allah, jadi hanya aku seorang saja yang
pertama mendapatkan jatah overtime di kilang tempatku bekerja. Ku keluarkan
pulpen dan buku catatan kecilku yang mungil yang ku bawa dari Indonesia. Dan
aku menuliskan perasaanku saat itu diatas pena. Tak ku hiraukan lalu-lalang
orang yang melewatiku. Aku masih tekun menulis, pengalaman pertama menjalankan
puasa di rantau orang. Merasakan getar-getar kebesaran Allah, di belahan
bumi-Nya yang lain.
Tak lama berselang, bis pekerja
pun datang. Aku duduk diantara pekerja-pekerja satu kilang yang belum aku
kenal. Masih terasa sangat asing bagiku. Aku duduk di bangku yang paling
belakang, menikmati suasana kota Shah Alam yang indah kala mentari hampir
terbenam. Melihat indahnya jalan raya yang sangat teratur dan bersih di balik
kaca bis. Sunyi dan sepi. Namun aku sangat menyukai kesunyian itu. Disaat aku
bisa mengembara di dunia imajinasiku sendiri, disaat tak banyak orang yang ku
kenali dan yang mengenaliku.
Sesampai di kilang, aku lebih
suka mencari tempat duduk yang jauh dari jangkauan pandangan pekerja lainnya.
Tempat duduk yang kosong yang agak
menepi, lalu akan kulanjutkan kisahku dalam barisan pena diatas buku catatanku.
Hiruk-pikuk para pekerja Melayu bersembang dalam bahasa Melayu yang kental. Aku
tidak terlalu paham dengan apa yang orang Malaysia perbincangkan, dan kalau
ditanyapun juga tidak akan paham. Jadi lebih baik menyepi dan sendiri.
Menunggu saat adzan menggema, dan
aku bisa menyempurnaakan ibadah puasaku hari ini. Saat sunyi dan sepi menjadi
indah, dimana ketenangan menjadi teman di bulan Ramadhan. Walau jauh dari gegap
gempita dan keramaian dunia. Walau jauh dari sanak saudara, handai taulan dan
ayah bunda, hatiku dekat dan tenggelam mengembara dalam khazanah karunia-Nya
yang tak pernah berhenti dan tak ada ujung pangkalnya. Ramadhan kali ini terasa
sangat indah. Alhamdulillah ya Allah untuk karunia-Mu hari ini.
nikmatnya beribadah pada Gusti Alloh swt, menjalankan nikmat yang tak ada habisnya, memang kehidupan ini adalah nikmat yang harus disyukuri.med puasa semoga selalu mendapat Ridho-Nya
ReplyDeleteIya... dimana pun kita berada... setiap nafas kita adalah ibadah kepada_Nya...
ReplyDeleteAllah selalu dekat dengan hamba2-Nya (",)
thanks untuk semua komennya... semoga artikelnya selalu bermanfaat...
ReplyDelete