Skip to main content

Tentang masa lalu dan perjalanan


Menimba ilmu adalah kewajiban setiap insan. Dari sejak masih dalam buaian sampai ke liang lahat. Itulah petuah agung Rosulullah yang diajarkan kepada umatnya. Yang selalu terpatri kuat dalam sanubariku. Sejak aku masih TK sampai SMK aku sangat rajin dalam menuntut ilmu. Menjadi insan yang cerdas yang mampu mengangkat derajat orang tua, bangsa dan agama tentulah sudah menjadi harapanku.
Entah dapat bakat darimana namun dari aku masih SD sampai ketika masuk SMP aku selalu menjadi juara 1 di kelas. Hanya sekali waktu SMP kelas 2 semester 2 aku menjadi juara dua, selisih satu angka dengan temanku. Lulus SMP aku sangat ingin meneruskan sekolahku ke SMA 1 Magetan. SMA trerfavorit di kota kecilku itu. Aku ingin melanjutkan sekolah disana, menimba ilmu dengan sungguh-sungguh dan berprestasi dalam segala bidang. Mengikuti olimpiade Fisika, Kimia, Biologi atau Matematika. Kemudian lulus dengan hasil yang memuaskan dan kuliah dengan beasiswa prestasi di ITB atau STAN. Impian besar seorang gadis kecil.
Impian yang begitu menggebu-gebu meluap-luap dalam hatiku. Begitu lulus SMP dan nilai UN telah keluar dan alhamdulillah sangat memuaskan, rasanya hatiku sangat menggebu dengan kebahagiaan yang membuncah. Begitu banyak yang aku impikan, kini hampir nyata ada di depan mata.
Namun, ketika sebuah adat yang tak mungkin kita terobos begitu saja. Anggapan yang telah disetujui banyak pihak yang akhirnya diyakini menjadi kebenaran rupanya menghalangi mimpiku untuk menjadi kenyataan. Mereka beranggapan bahwa yang berhak sekolah di SMA adalah anak-anak orang kaya saja. Sedangkan anak petani sepertiku sebaiknya sekolah di SMK, jadi setelah lulus bisa langsung bekerja.
Aku dilanda dilema. Hatiku luruh berkecamuk. Badai menghantam tak henti. Aku berusaha menafikkan anggapan mereka. Namun aku pun terpaksa mengikuti anggapan mereka. Sayang, keyakinan akan kekuatan mimpi di kala itu belum terlalu tumbuh seperti saat ini. Keyakinanku terlalu lemah. Berbagai pikiran negatif terlalu banyak menghantui. Dan akhirnya jatuh ke dalam sumur yang gelap. Andaikan dulu aku memiliki semangat yang menggebu, keyakinan yang tertancap kuat dalam sanubari, pasti jalan tak akan sepanjang ini. Namun kembali lagi, apalah daya seorang insan tanpa kehendak Allah.
Aku sama sekali tidak mendaftar di SMA atau di SMK ketika hari pendaftaran selama 3 hari telah dibuka. Bingung. Itulah satu-satunya kata yang menggambarkan hatiku kala itu. Disaat semua teman-temanku mendaftar di SMA favorit mereka. Aku harus berkutat dengan pilihan yang sebenarnya tidak kuyakini. Pikiranku bergelayut memikirkan kemana kiranya kaki ini harus melangkah. Sampai di hari akhir pendaftaran, aku menangis sejadi-jadinya. Di depan ibuku yang hanya bisa menatapku dengan belas kasih sayangnya. Ibuku menasehati, jika aku ingin masuk SMA, masuk saja ke SMA manapun yang aku suka. Tak perlu pusing dengan anggapan orang, tak perlu risau dengan masa depan. Lakukan hal apa yang kamu yakini, nak. Namun hati ku tak jua yakin kemana harus melangkah. Ibuku pun memasrahkan semua pilihan yang akan aku pilih padaku, dan beliau harus pergi karena kakakku sedang melangsungkan pernikahan di Jombang. Meninggalkanku sendiri, dimana seharusnya aku ikut berbahagia di perhelatan agung kakakku. Aku hanya bisa menangis sampai mataku benar-benar bengkak. Akhirnya, di hari pendaftaran terakhir aku memutuskan untuk mendaftar di SMK 1 Magetan.
Waktu terus berlalu, siang dan malam terus berganti. Kuliah masih menjadi harapanku ketika masih duduk di bangku SMK. Keinginan yang kuat, keyakinan yang menggebu. Namun aku tahu, biaya pasti menjadi batu halangan yang pertama. Namun apapun itu, aku yakin bisa melewati setiap rintangan. Dengan keyakinan, dengan kuasa Allah. Setelah lulus dari SMK, aku memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu ke Malaysia, karena dengan begitu, aku bisa mengumpulkan uang untuk melanjutkan kuliah. Bekerja di rantau orang yang tak pernah aku impikan, namun rupanya benar-benar menjadi kenyataan.
Dua tahun aku membanting tulang mencari setetes rizki yang halal. Pahit manis, suka-lara  garam kehidupan aku telan. Meskipun terkadang tidak menyenangkan, namun aku merasakan ada banyak hikmah dan pelajaran yang aku petik. Belajar bukan hanya duduk di dalam kelas dan menerima pelajaran yang guru sampaikan. Namun belajar adalah proses mengubah diri, dari tidak tau menjadi tau. Dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar tentang arti kehidupan, belajar tentang arti kesabaran. Belajar menghadapi masalah dengan bijaksana. Belajar menyatu dengan lingkungan, belajar tentang arti persahabatan, persaudaraan dan belajar dari segala hal yang aku temui disana. Belajar itu dimulai dari satu titik yang dilakukan berterusan sampai titik tak hingga yang tak kita ketahui batasnnya. Belajarlah dari sejak masih dalam buaian sampai ke liang lahat. Petuah agung itulah yang tertancap dalam sanubariku.
Dan belajar dari kehidupan lebih berkesan manfaatnya daripada hanya belajar di dalam kelas saja. Malaysia telah mengubah persepsi, tujuan dan arah hidupku. Yang tadinya hanya ingin menjadi orang sukses dengan berbagai titel, kaya, jabatan dan kedudukan yang tinggi yang dulu begitu aku impikan hanya akan membuatku sadar, semua obsesi itu akan membuatku menjadi orang gila jika aku tak bisa meraihnya. Ambisi hanya akan membuatku mati. Disana aku menemukan gaung kehidupan yang mendamaikan jiwa. Setetes air yang melepas dahaga dari penat dan lelah pencarian. Kehakikian dan sejati hidup tak hanya didapat dengan harta dan benda. Kebahagiaan ada pada setiap diri manusia yang mau merasakannya dan menghayatinya. Kelemahan sang insan tanpa tuntunan sang Maha Pencipta, karena hanya memenuhi kebutuhan jasmaninya, tanpa ada cahaya kalbu. Fitrah kita sebagai menusia harus senantiasa kita jaga. Sang insan yang dhaif, perlu mencari tuntunan dari yang Al- Aziz.
Aku menemukan cahaya Islam. Aku menemukan kehidupan. Kehidupan yang saling toleransi, tolong menolong dan saling menetapkan hati menetapi kebenaran dan kesabaran. Allah akan memudahkan jalan siapa saja yang memiliki niat yang baik. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Begitulah yang orang Melayu selalu katakan.
Persahabatan dan kekeluargaan yang terjalin tidak dapat dengan mudah aku lupakan begitu saja. Dua tahun aku menjalani hariku dengan menemukan orang-orang yang hebat yang selalu mendukungku. Tanpa terasa dua tahun pun berlalu. Aku harus bersiap untuk berpisah dengan sahabat-sahabatku di negri jiran itu.
Berat dan perih terasa dalam kalbu. Namun akhirnya harus kusadari jua, pertemuan dan perpisahan terjadi setiap hari, di setiap menit, di setiap detik. Semua pasti cerita memiliki awal dan akhir. Walau aku tak berharap bahwa ini adalah akhir cerita ku, namun sejenak aku harus ikhlas melepaskan persahabatan ini untuk meraih masa depanku. “ Pulanglah Rahma, bawalah perubahan untuk negrimu. Tak perlu kau sedih sedikit pun, karena engkau kembali untuk meraih apa yang engkau cita-citakan”, nasehat kakak-kakakku ketika melihatku merasa berat meninggalkan Malaysia.
Di hari terakhir aku bekerja, aku mengumpulkan banyak foto dengan kakak-kakak yang telah ku anggap sebagai keluarga keduaku di Malaysia yang akan menjadi pengobat rindu dan pelipur lara kala raga tak lagi bersama. Jam kerja telah habis, akhirnya harus pulang dengan tatapan yang sangat berarti memandangi pabrik kamera Canon itu. Tatapan terakhir yang ingin aku ukir di dalam hati. Semuanya terasa bermakna. Karena aku selalu memaknainya sejak detik pertama hingga detik terakhir di dua tahun perjalananku. Namun aku tahu bahwa hari ini akan datang. Hari dimana perpisahan adalah kenyataan.
Aku duduk di bangku paling  belakang di bus pekerja. Di samping kakak yang selama ini menguatkanku, mangajariku tentang kerasnya hidup, Kak Ira. Kami pun terdiam membisu. Aku memandang keluar, sepanjang jalan Shah Alam di senja  yang kelabu itu. Rumput-rumput yang menghijau diselingi pepohonan dan semak perdu, semuanya membisu. Semuanya bak dongengan yang berubah menjadi nyata. Kak Ira pun membuka suara.
“ Hati-hati dek, di kampung halaman. Kalau ada rezeki semoga kita dapat berjumpa kembali.”
Aku memandanginya dengan tatapan syahdu. Tatapan seorang sahabat yang akan kehilangan sahabatnya. Tatapan seorang adik yang akan kehilangan kakaknya.
“ Terima kasih ya kak, untuk waktu dan kenangan yang selama ini kakak beri. Kakak lah yang pertama kali mengajakku ke pasar malam. Memberiku pertama kali kenangan menonton film di bioskop, mengajakku jalan-jalan ke pasar pagi. Ke Putrajaya sampai di usir polisi karena kemalaman. Nonton film 3D bersama-sama. Kakak jualah yang pertama kali mengajariku bekerja di kilang dan masih banyak lagi kenangan yang tidak bisa aku sebutkan. Semoga esok masih ada kesempatan untuk bertemu kembali.”
Kak Ira sudah tidak mampu lagi menahan air matanya. Diraihnya bahuku dan kami berpelukkan erat. Kak Ira menangis dalam pelukan kami yang terakhir. Detik seakan berhenti sejenak, bumi berhenti berputar. Perpisahan dua orang anak manusia yang akan terpisah samudra dan benua. Syahdu. Dan akhirnya bus berhenti di depan asramaku. Kak Ira pun melepaskan peluknya, namun belum mampu menghentikan tangisnya.
“ Sampai jumpa kak Ira. “ salam perpisahanku yang terakhir sambil berdiri untuk beranjak keluar dari bus. Namun kak Ira tak mampu membalas salam itu. Tak mampu pula menatapku. Dia masih menunduk dalam tangisnya. Kakiku terasa berat untuk melangkah, namun aku kuatkan jua hatiku. Aku yakin Allah pasti menakdirkan yang terbaik dalam hidupku.
to be continued...

Bismillah...inilah tulisan pertamaku tentang sebuah perjalanan yang tak ingin kulupakan. Tentang kekuatan sebuah mimpi jika diiringi dengan keyakinan...jangan lupa kunjungi terus cvtiemarheta.blogspot.com,serta tinggalkan kritik dan saran..(“,)

Comments

  1. Tak sengaja aku membuka artikelmu ini, awalnya ku klik dari label "Love Islam" dan ku telusuri judul demi judul dan kubaca tentang masa lalu dan perjalanan ini sangat menyentuh, begitu indah, ketekatanmu sungguh luar biasa dan petuah Rosululloh itu benar kamu lakukan, semoga ini jadi inspirasi bagi yang lain. jujur artikel ini begitu indah setelah ku baca kata demi kata akupun bisa mengeluarkan kesah air mata, ini begitu membri inspirasi hidupku betapa pentingnya menghargai waktu dan kehidupan. terima kasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Program membuat diskon dalam c#

 Hellow... ketemu lagi... Nie kita mau berbagi contoh pemrograman berbasis objek dalam bahasa C#. Salah satu hal yang baru dalam C# adalah penggunaan Console.Write dengan Console.Writeline. kedua-duanya pada dasarnya sama yaitu meminta menampilkan output pada layar, namun yang membedakan adalah kalo writeline, tulisan yang akan ditampilkan akan diberi jarak satu baris. Bisa juga  penambahan jarak diganti dengan backslash + n (\n) using System; using System.Collections.Generic; using System.Linq; using System.Text; namespace ConsoleApplication5 {     class Program     {         static void Main( string [] args)         {         double t, d, b;         Console .Write( "Total Belanja = " );             t = double .Parse( Console .ReadLine());             if (t < 150000)             {                 d = t * 0 / 100;                 b = t - d;             Console .WriteLine( "Diskon = " + d.ToString());          

ALGORITMA PEMROGRAMAN

Delivered by FeedBurner Minggu, 13 Maret 2011 Pengenalan Algoritma dan Analisa Kasus 1.1            Definisi Algoritma Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang  disusun secara sistematis Sebagai pembanding,disini dikemukakan definisi kata algoritma menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka Tahun 1988 : Algoritma adalah urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan masalah 1.1.1     Struktur Dasar Algoritma Algoritma berisi langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Langkah-langkah tersebut dapat berupa runtunan aksi, pemilihan aksi dan pengulangan aksi. Ketiga jenis langkah tersebut membentuk konstruksi suatu algoritma. Jadi sebuah algoritma dapat dibangun dari tiga buah struktur dasar,yaitu : Runtunan ( Sequence ) Pemilihan ( Selection ) Pengulangan ( Repetition )

Mengajar itu seni (Suka duka cerita menjadi guru les)

Kini aku punya kerja part time baru,   yaitu ngajar les privat anak-anak. Setelah ngajar anak kecil berbagai usia, mulai dari TK, SD, SMP sekarang aku udah lebih kaya pengalaman dalam menangani anak-anak dengan segala problematikanya. Baru pengalaman aja sih, belum ketemu solusinya. Baru deh terasa susahnya jadi ibu guru. Mungkin dulu aku pas kecil juga kayak gitu. Mungkin guruku juga ngerasa kesulitan dalam membimbing aku. Jadi terima kasih ya ibu dan bapak guru. Nah,selain itu, hal itu tentu sangat menguntungkan bagiku, karena kan suatu saat aku juga akan menjadi ibu, so penting banget buatku untuk mulai mengetahui sifat dan karakter anak, jadi aku punya pengalaman dalam mendidik anakku sendiri nantinya. Ternyata masa kanak-kanak adalah masa emas dalam penentuan masa depan anak nantinya. Jadi penting banget bagi para ibu dan keluarga tentunya dalam membangun karakter dan kepribadian anak sejak kecil. Dari masa kanak-kanak itulah nantinya akan terbentuk apakah si anak ini n