Sendu, ya rasa
itulah yang malam ini begitu menggelayuti pikiranku. Hatiku begitu rindu kepada
ibuku, padahal baru tadi pagi aku meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu. Tak
terasa 21 tahun sudah aku hidup di bawah payung langit. Atas kemurahan Allah,
aku memiliki ibu yang begitu menyayangiku. Sampai aku sendiri merasa sungkan
pada beliau. Ibu, yah beliau lah yang telah mengasuh dan mendidikku selama 21
tahun. Tak terkira sudah perjuangan beliau demi anak-anaknya. Dan malam ini
harus ku teteskan kembali air mata kala aku mengenang perjuangan ibu.
Selama beliau
hidup, beliau adalah seorang pejuang sejati. Sosok ibu sepanjang zaman yang
akan tetap abadi di hatiku. Belia sedari muda bekerja sebagai penjual beras, di
pasar tradional magetan. Sejak puluhan tahun yang lalu, ibuku berjalan dari
rumah sampai pasar yang berjarak kurang lebih 5 km. Hatiku miris mengingat itu,
namun sampai kini aku masih belum bisa membalas perjuangan ibuku. Aku masih
duduk sebagai mahasiswa semester 2 di salah satu universitas swasta. Dulu, aku
telah bekerja, namun ibuku selalu mendukungku untuk melanjutkan pendidikanku.
Sehingga aku bersemangat menuntut ilmu. Aku berusaha untuk selalu memberi dan
berusaha untuk tidak meminta dalam biaya kuliahku. Namun, belum cukup untuk
dikatakan aku bisa memuliakan ibuku.
Aku
membayangkan, di kala panas ibuku masih tetap berjalan. Di kala hujan badai,
ibuku masih tetap berjalan, demi anak-anaknya, demi menyambung kehidupan.
Rasanya ingin
aku memuliakan beliau untuk istirahat di rumah, biar aku saja yang bekerja.
Namun belum mampu kata itu terkeluar dari mulutku. Walau begitu pun ibuku masih
selalu menyemangati ku untuk terus mengejar impian dan cita-cita. Di usia senjanya yang menjelang 60
tahun, ibuku masih tegar menghadapi kerasnya kehidupan. Saat ia berjuang di
pasar-pasar, tentunya banyak orang yang menanyakan kemanakah gerangan anaknya,
kenapa ibu masih berjualan disini.
Ya Allah,
bolehkah hamba mengajukan sebuah permintaan. Sebuah proposal hidup yang ingin
aku wujudkan suatu hari nanti. Sebuah janji yang benar-benar ingin aku tepati.
Sebuah hutang yang benar-benar ingin aku bayar. Aku ingin memuliakan ibuku
dunia dan akhirat. Berikan jalan ya Allah. Engkau adalah Rabb yang Maha Pemberi
rizki, Maha Melihat segala sesuatu yang ada di dalam maupun di luar diri
seseorang Engkaulah yang mengtahui.
Bunda, ingin
sekali ananda membahagiakanmu. Ingin sekali ananda menggantikan pundakmu yang
selalu menopang segala kesulitan, memikul segala beban kehidupan. Bilakah
kiranya ananda sanggup mengantar bunda ke Baitullah untuk naik haji. Bilakah
kiranya ananda sanggup mengajak bunda untuk jalan-jalan ke tempat-tempat yang
belum pernah bunda lihat. Bilakah kiranya ananda sanggup memberikan tempat
berteduh untuk bunda secara layak.
Bunda, ampunkan
ananda yang masih belum berbakti. Masih memperturutkan kesenangan sendiri.
Belum sanggup membalas apa yang telah bunda beri. Ananda haturkan hormat
ananda, sembah bakti ananda untuk bundaku yang tercinta.
Teriring rindu
dan kasih, ananda mohon doa dan restu bunda. Ananda yakin Allah akan memberi
jalan, karena restu dan doa bunda adalah doa mustajab yang sanggup menggetarkan
hati para malaikat yang mampu mengguncang Arsy. Cinta kasih bunda akan selalu
ananda kenang, dan akan ananda jadikan tauladan untuk ananda berikan untuk anak
ananda kelak. Ananda akan selalu berjuang, anada akan selalu berusaha ,
berikhtiar dan berdoa agar mampu memberikan dan menjadi anak sholehah seperti
yang bunda inginkan. Amin
Comments
Post a Comment