Bekerja keras dan belajar keras
adalah buadaya yang harus kita tanamkan
Di zaman modern ini sebagian orang sudah mulai lupa
dengan semangat dan perilaku kerja keras. Apalagi anak-anak, mereka mulai
mengenal berbagai kemudahan dari kecil sehingga perilaku yang terbentuk dari
mereka amat ajauh dari sikap belajar keras khususnya bagi pelajar.
Sejak dari kecil kita sudah dimanjakan dengan
berbagai teknologi seperti motor, mobil, alat komunikasi seperti HP, tablet dan
playstation membuat kita lupa seperti apa rasanya kerja keras. Apalagi dengan
berbagai kemudahan seperti itu, maka anak-anak akan cenderung menghabiskan
waktunya untuk bermain game ataupun untuk chatingan via BBM, Whatsapp, Wechat,
dan masih banyak lagi. Ketika mereka disuruh untuk berhitung dan tidak bisa
mereka akan menggunakan kalkulator dan malas menggunakan otak mereka. Itu
adalah simptom yang kini sudah menjadi budaya di Indonesia.
Profesor Yohanes Surya, pemilik Surya University
sekaligus sebagai bapak Fisika Indonesia saat diwawancarai apa rahasia dibalik
kesuksesannya, maka ia menjawab “kerja keras”. Ia terbiasa kerja keras. DAn
saat ditanya, “Apa nasehat kedua orang
tuanya sehingga membuatnya sesukses sekarang ?” Ia menjawab “Kerja
keras”. Orang tuanya tidak memberi nasehat apa-apa, namun kedua orang tuanya
memberinya contoh nyata bagaimana harus bekerja keras. Ibunya harus bangun jam
3 pagi untuk membuat kue dan ayahnya akan membantu. Sebuah tindakan nyata yang
tanpa diucapkan pun akan membuat anaknya berpikir bahwa kedua orang tuanya sangat
pekerja keras. Maka dirinya harus bekerja keras dengan caranya sendiri, yaitu
dengan belajar keras.
Ia juga bercerita bahwa ketika dia di Amerika dan
menempuh pendidika S2 disana, ia sangat pekerja keras. Ia bercerita bahwa ia
bisa pulang dari perpustakaan jam 11 malam. Tapi ada seorang anak China yang
belum pulang dari perpustakaan. Dan saat ia kembali ke perustakaan besok
paginya jam 7 pagi, anak China itu pun sudah berada disana. Hal itu lah yang
membuat semangatnya terus terpacu untuk terus bekerja keras. Kalau China aja
sebegitu kerja kerasnya, maka ia harus lebih terpacu lagi.
Karena semangat kerja keras Prof. Yo telah terpaku
sehingga menjadi kebiasaan dan budayanya, maka ia pun tidak bisa kerja
santai-santai. Otaknya sangat sulit untuk diajak bekerja santai. Ia terus
bekerja keras karena itu memang sudah kebiasaannya dan ia mengganggap hal
otomatis ia lakukan, karena sudah menjadi kebiasaaannya. Saat temannya menegur
dan menyuruhnya untuk beristirahat ia menjawab “ Nantilah kalau sudah mati dan
dikubur baru istirahat panjang”. Prof Yo beranggapan bahwa selama kita hidup
adalah waktu bagi kita untuk bekerja keras dan setelah nanti mati, kesempatan
itu akan hilang. Maka manfaatkanlah hidupmu untuk bekerja keras.
Begitu juga dengan Lee Kuan Yew, bapak pendiri Singapore
saat memberikan kuliah umum di National
University of Singapore. Saat ditanya apa yang harus generasi muda lakukan
agar Singapura tetap menjadi negara makmur seperti sekarang ia menjawab :
“Generasi muda Singapura harus memiliki semangatt
kerja keras sama seperti yang para bapak dan kakek nenek mereka lakukan”. Ia mengetahui bahwa rahasia kemajuan bangsa
adalah kerja keras yang tanpa henti.
Lee Kuan Yew berandai-andai, jika dulu ia membangun Singapura
dengan generasi muda yang sekarang (generasi yang sudah dimanjakan dengan
kemudahan) maka ia tidak akan yakin apakah Singapura akan mampu menjadi
Singapura yang makmur seperti saat ini. Bapak-ibu dari generasi saat ini pernah
merasakan bagaimana rasanya miskin, namun tidak dengan generasi sekarang yang
mungkin tidak tau bagaimana rasanya miskin. Dan jika generasi muda Singapura
tidak memiliki the same effort dengan
apa yang telah di lakukan oleh generasi bapak-ibu mereka terdahulu . Maka
Singapura bisa saja kehilangan kejayaannya.
Apalagi anak-anak Indonesia sekarang, sudah dalam
keadaan yang mengkhawatirkan. Mereka sangat malas belajar dan lebih suka main game. Selain itu, mereka juga anti
dengan yang namanya matematika. Hal ini tentu adalah gejala akut menuju kehancuran
bangsa yang harus segera kita sembuhkan. Kini dengan berbagai metode yang
menyenangkan, pembelajaran diperkenalkan agar seorang anak menyukai pelajaran.
Namun ada saja alasan anak untuk tidak menyukainya dan masih tetap memilih game ataupun ber-selancar via social media. Hal itu tentu harus segera
kita ubah. Meskipun dengan harus setengah dipaksakan, generasi muda kita harus
kita ajak untuk bekerja keras dan melalui belajar keras.
Kata Prof Yo, untuk menjadi negara maju maka kita
harus menguasai teknologi. Dan untuk menguasai teknologi bangsa kita harus
melek pada science. Harus mengerti
dan memahami matematika dan Fisika. Saat sang pembawa acara bertanya, “Tetapi
kan banyak orang yang bisa sukses tanpa belajar matematika?” Maka Prof Yo
menjawab “Untuk menjadi negara maju, kita harus menguasai science, itu tidak bisa ditawar lagi karena merupakan harga mati. Lihat Jepang, Korea Selatan mereka
maju karena penguasaan teknologi dan kini China juga tengah menjadi negara maju
karena penguasaan teknologi”. Ketika ditelaah, betul juga apa yang dikatakan
Prof Yohanes Surya. Karena tanpa memahami teknologi, negara kita hanya akan
menjadi penerima teknologi. Dan jika hal itu terjadi, maka semua harta benda
negara kita baik dari hasil alam maupun dari berbagai bisnis akan habis untuk
membeli teknologi dari negara-negara yang menguasai teknologi, dan jadilah negara
kita bangkrut seperti sekarang yang kita hadapi.
Maka dari itu, marilah kita mengajari anak kita
untuk bekerja keras dan belajar keras. Tidak cukup hanya dengan mengajari, kita
harus memberi contoh dan menjadi role
model untuk anak-anak kita agar menjadi generasi yang tangguh dan mampu
bersaing di era kompetisi global. Tanpa budaya belajar dan bekerja keras, maka
negara kita akan punah di tengah laju gelombang kemajuan zaman. J
Comments
Post a Comment